Asosiasi Sopir Pariwisata Bali

  • parade
  • sunset
  • tree
  • aspaba-bedugung-temple
  • aspaba-rice-terrace
  • aspaba-tanahlot

Archive for the ‘Musik Bali’ Category

6 Ribu Koleksi Album Lagu Lawas Milik Gus Campur

oleh aspaba · Musik Bali

Oleh: Maria Ekaristi

Ini memang bukan obyek wisata. Tapi rumah di Jalan Imam Bonjol nomor 16A Denpasar ini menarik untuk anda singgahi. Terutama jika anda pengamat, kolektor atau penggemar berat musik. Soalnya, di salah satu ruangan rumah asri ini tersimpan 6 ribu koleksi kaset, LD, CD, VCD dan DVD dari musisi-musisi lawas kelas dunia seperti Pink Floyd, Deep Purple, Queen, Beatles, Jimmy Barnes, KISS, Joe Satriani, Joe Cockers, Johnny Winter, Van Hallen, Steve Vai, Dakota, Jeff Beck, Rainbow, Led Zeppelin, dan lainnya.

Koleksi lagu-lagu lawas milik Ida Bagus Udayana ini tergolong sangat lengkap. Maklum, semua koleksi tersebut ia kumpulkan satu demi satu sejak tahun 1976! Hingga kini Gus Campur, begitu Udayana akrab disapa, masih terus berburu CD, DVD grup-grup kawakan. Ia tak memilih genre musiknya. Entah Rock, Rock N Roll, Art Rock, Hard Rock, Blues, Country atau Golden Memories, semua ia buru dan kumpulkan. Untuk melengkapi pengetahuan dan kenangan mengenai grup atau penyanyi tersebut, Gus Campur juga mengoleksi poster-poster mereka.

Kini, sembari berolahraga setiap hari, lelaki kelahiran 18 Desember 1961 tersebut selalu memutar satu-persatu koleksinya. Bila anda kolektor, pengamat music atau penggemar musik lawas dan ingin berkenalan dengan Gus Campur, silahkan kontak ke telepon nomor (0361) 488995. Saya yakin, salah satu lagu favorit anda pasti terselip di antara koleksi Gus Campur itu.

Tihingan, Desa Pembuat Ensambel Musik Bali

oleh aspaba · Musik Bali

Oleh : Agung Bawantara

Satu di antara sekian daya tarik Bali adalah ensambel musiknya yang khas. Ensambel dengan suara unik dan kaya ragam tersebut dinamakan gamelan. Itulah musik pengiring berbagai jenis seni pertunjukan, ritual dan acara-acara penting lainnya di Bali. Jenis gamelan yang terbuat dari bahan logam kerawang tersebut antara lain Semara Pegulingan, Gender, dan Angklung (Kelentangan). Dari mana alat musik itu di dapat? Tentu saja dari desa-desa pembuat gamelan yang sangat sedikit jumlahnya di Bali. Satu di antara sedikit desa tersebut adalah Desa Tihingan di Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.

Di desa Tihingan pembuatan gamelan dikerjakan mulai dari tenaga kasar sampai tenaga ahli yang khusus untuk menyelaraskan nada-nada gamelan tersebut. Di situ terdapat dua kelompok pandai gamelan (masyarakat kerap menyebutnya pande gong) yang sangat berpengalaman. Hampir seluruh perangkat gamelan di Bali diproduksi oleh kedua kelompok tersebut.

Desa Tihingan terletak sekitar tiga kilometer kea rah barat pusat kota Semarapura. Dari obyek wisata Kertha Gosa atau Monumen Puputan Klungkung, anda dapat mencapainya baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, dalam waktu kira-kira sekitar delapan menit saja ke arah barat mengikuti jalan utama. Tiba di simpang lima yang di tengahnya ada patung Dewi Saraswati, teruslah ambil jalan lurus mengarah ke arah Barat.

Meski sangat berperan selama berabad-abad terhadap keberlangsungan kesenian di Bali, Desa Tihingan tidak ditempatkan pada posisi penting dalam kepariwisataan Bali. Karena itu hingga kini desa tersebut belum dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memadai sebagai obyek wisata. Tidak ada WC umum, kios souvenir, kios makanan dan minuman, penginapan dan areal parkir khusus di situ.

Saat ini pelancong yang datang ke desa ini adalah mereka yang sengaja berkunjung ke desa Tihingan karena berminat dengan perangkat gamelan untuk dibawa ke negerinya. Pengunjung lain adalah rombongan yang menyediakan paket wisata alternatif yakni mengunjungi tempat-tempat menarik yang tak lazim dikunjungi para pelancong pada umumnya.

Untuk membuat satu set gamelan lengkap (biasa disebut satu barung) yang terdiri dari jegogan, jublag, pemada, kantil, reong, tawa-tawa, dan kempur, diperlukan waktu sekitar tiga bulan. Harga satu barung gamelan mencapai hingga Rp 200 juta, bahkan lebih. Sepasang kendang (perkusi) yang melengkapi ensambel tersebut didapatkan dari pengrajin khusus yang terdapat di banyak desa lain di luar Desa Tihingan.

Gamelan Angklung, Si Selendro yang Melankolis

oleh aspaba · Musik Bali

Oleh: Agung Bawantara

Ini adalah jenis alat musik tradisional Bali yang berlaras selendro. Di beberapa tempat gamelan ini dikenal dengan sebutan Angklung Kelentungan. Jenis gamelan ini menghasilkan nada sendu dan melankolis. Gamelan ini tergolong barungan madya atau orkestrasi sedang yang dimainkan oleh 11-25 pemusik. Sebagai pembanding, barungan ageng atau orkestrasi besar dimainkan oleh lebih dari 25 pemusik.
Orkestrasi ini dibentuk oleh instrumen berbilah dan pecon dari krawang (sejenis campuran logam), Kadang-kadang ditambah juga angklung bambu kocok yang berukuran kecil. Gamelan ini dibuat dengan ukuran-ukuran yang relatif kecil sehingga mudah dipanggul dan dimainkan sambil mengiringo sebuah prosesi. Di Bali Selatan, gamelan ini hanya mempergunakan empat nada sedangkan di Bali Utara mempergunakan lima nada.

Berdasarkan konteks penggunaan dan materi tabuhnya, jenis angklung dapat dibedakan menjadi tabuh angklung klasik (tradsional) yang dimainkan untuk mengiringi prosesi upacara (tanpa tari-tarian) dan angklung kebyar yang dimainkan untuk mengiringi pegelaran tari maupun drama. Satu barung (kelompok) Gamelan Angklung bisa berperan keduanya, karena seringkali mereka mempergunakan gamelan yang sama.

Di kalangan masyarakat luas, gamelan ini dikenal sebagai pengiring upacara-upacara kematian (Pitra Yadnya) seperti Ngaben. Bahkan, di sekitar Kota Denpasar dan beberapa tempat lainnya, penguburan jenazah warga Tionghoa pun kerap diiringi dengan Gamelan Angklung. Namun, di beberapa daerah, Gamelan Angklung menggantikan fungsi gamelan Gong Gede untuk mengiringi upacara di pura (Dewa Yadnya) dan upacara-upacara lainnya.

Dalam satu barung, instrumental Gamelan Angklung terdiri dari jegogan, jublag, pemada, kantil, reong, kendang, tawa-tawa, dan kempur. Angklung Kebyar tidak mempergunakan kempur, tetapi gong.

Nama-nama tabuh yang umum dikenal di kalangan pemain angklung antara lain: Asep menyan, Capung manjus, Capung Ngumbang, Dongkang Menek Biu, Gowak Maling Taluh, Sekar Jepun, Berong, Sekar Ulat, Glagah Katunuan, Jaran Sirig, Kupu-kupu tarum, meong Megarong, Pipis Samas, Sekar Sandat, dan Cecek Magelut. Sedangkan tabuh-tabuh angklung kebyar sama dengan yang dipakai dalam Gong Kebyar.

Sumber: Buku “Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali” karya Prof. Dr. I Wayan Dibia dan beberapa sumber lainnya.
Foto : http://farm1.static.flickr.com/31/103002205_1edaead23c.jpg

Wrdhi Cwaram, Orkestra Seruling dari Padang Sambian

oleh aspaba · Musik Bali

Dalam musik Bali, seruling sangat jarang ditempatkan sebagai instrumen utama yang berdiri sendiri. Bahkan dalam musik Gambuh yang terdiri dari banyak seruling (dengan ukuran yang panjang dan besar) pun instrumen ini dipadukan dengan instrumen lain untuk membuat sebuah komposisi tertentu. Namun, berbeda dengan yang dilakukan oleh kelompok seni “Werdhi Cwaram”, Padang Sambian- Denpasar, mereka menggunakan seruling sebagai alat instrumen utama untuk menyuguhkan berbagai komposisi.

Kebolehan memainkan komposisi dengan aneka seruling tersebut mereka pertontonkan di arena Pesta Kesenian Bali (PKB), Selasa 16 Juni 2009. Di depan puluhan pengunjung yang mengitari pelataran Gedung Kriya, mereka memainkan gending “Liar Samas” dan “Kempyung”, dua komposisi klasik karya maestro karawatian I Wayan Lotring. Biasanya, kedua komposisi tersebut dibawakan dalam barungan gamelan (orkestrasi Bali lengkap), namun malam itu disuguhkan hanya dengan seruling. Untuk memunculkan timbre dan warna suara yang berbeda, orkes seruling tersebut menggunakan beberapa jenis seruling dengan panjang dan diameter yang berbeda-beda.

Selain memainkan gending klasik, kelompok seni yang dipimpin oleh I Ketut Widianta ini juga memainkan komposisi kreasi baru karya musisi Bali I Wayan Yudana yang berjudul “Petingan Mati Manakan” . Komposisi ini dipilah menjadi tiga bagian quintet (double quartet). Materi bunyi disusun dengan teknik klasik-modern yang penuh kombinasi.

Komposisi lainnya, berjudul “Baskara” karya W. Ary Wijaya, juga menyajikan garapan komposisi klasik-modern yang menawan. Sayangnya, pertunjukan manis ini tak dilengkapi dengan penataan dekorasi panggung dan penataan lampu yang menunjang mood gending-gending yang dimainkan. (abe/jjb)

Musik di Bali

oleh aspaba · Musik Bali

Seperti terhadap tarian, orang Bali juga tak bisa dipisahkan dari musik. Bagi orang Bali, musik dan tembang pun adalah persembahan. Karenanya di berbagai upacara selalu digelar musik-musik tradisional Bali dengan irama dan ritmenya yang khas.

Selain musik tradisonal, musik modern pun berkembang baik di Bali. Di Bali pernah lahir grup musik Rock Harley Angels yang dikomandani oleh Putu Indrawan. Grup ini, pada tahun 1985 memenangi festival musik Rock se Indonesia. Pada eranya, mereka sangat terbiasa bermain bersama musisi-musisi rock top dunia macam Mick Jagger yang datang ke Bali secara diam-diam.

Saat ini, terutama di daerah Kuta, Legian dan Seminyak, banyak terdapat club yang menyajikan secara berkala pertunjukan musik rock secara live. Grup rock yang saat ini ngetop di Bali antara lain Superman Is Dead, The Wheels, Navicula, XXX .

Selain Rock, aliran musik lain yang marak di Bali adalah Jazz, Reggae, Blues, Classic Disco. Di Bali banyak tersedia kafe-kafe yang menampilkan musik Jazz. Bahkan di Bali telah terbentuk Bali Jazz Forum yang mempertmukan para penggemar, musisi dan artis Jazz, serta kalangan jurnalis an event organizer. Selain mengadakan pergelaran, forum ini juga memprakarsai klinik jazz untuk anak SMA yang dilakukan secara berkala setiap hari minggu.

Di kawasan Kuta, Legian, Seminyak hampr setiap malam dapat kamu temukan pertunjukan live music dengan berbagai aliran: Rock, Jazz, Blues, Reggae, Classic Disco. Ada juga yang menampilkan musik pop dan Top 40.